Kepala
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Ir. Kardani, M.M.,
(menggunakan batik) didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Tulungagung, Drs. Hendry Setyawan, M.Si, (dua dari kanan) berdialog dengan
Parsam, pembudidaya lele, (paling kanan) dalam kunjungan kerjanya ke Desa
Gondosuli (23/4)
Sekitar
tahun 1994 silam, Parsam mencoba budidaya lele dalam kolam kecil di belakang
rumahnya. Tanpa diduga sebelumnya, usaha sampingan tersebut ternyata dapat
berkembang dengan pesat. Pada saat ini, sekitar 18 tahun setelah budidaya lele
pertamanya, Parsam sudah mengelola 160 unit kolam lele di lahan seluas 0,62 ha.
Kisah
Parsam tersebut merupakan salah satu contoh keberhasilan pembudidaya lele di
Desa Gondosuli, salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Gondang Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Desa yang semula dikenal sebagai salah satu produsen
tembakau ini telah berubah menjadi desa perikanan, khususnya sentra budidaya
lele.
Kolam-kolam
lele tersebar di lahan seluas 11,03 ha yang diusahakan oleh 92 rumah tangga
perikanan budidaya. Dengan jumlah kolam yang relatif banyak dan kemampuan
manajerial produksi yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok pembudidaya
ikan, panen lele dapat berlangsung setiap hari. Tidak kurang dari 18 ton per
hari, produksi lele dari Desa Gondosuli dipanen untuk memenuhi pasar
Tulungagung dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kegairahan
ekonomi Desa Gondosuli dengan budidaya lelenya tidak hanya ditunjukkan oleh
kemampuan produksi budidaya. Sistem kerja sama budidaya yang dikembangkan
dengan cara bagi hasil telah membantu banyak masyarakat yang memiliki lahan
tetapi tidak memiliki modal uang. Demikian juga kegiatan pengolahan hasil
perikanan, saat ini sekitar 20 unit pengolahan ikan mulai berkembang di Desa
Gondosuli, para pekerja pengolahan yang sebagian besar adalah kaum wanita
memproduksi berbagai olahan ikan berbahan baku lele, baik yang sederhana
seperti ikan asap dan rambak kulit ikan maupun produk inovatif seperti fish
stick dan abon ikan.
Winardi alias Kiwin, salah seorang pengolah abon ikan yang
ditemui di rumahnya (17/4) menuturkan bahwa abon ikan lele dari Desa Gonsdosuli
telah dipasarkan hingga ke Surabaya, Bali dan Kalimantan serta rintisan ekspor
ke Belanda dan Australia. Di pasar lokal, abon ikan dikemas dalam berbagai
ukuran sehingga dapat menjangkau banyak kalangan.
Melihat
potensi perikanan yang begitu besar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)
Kabupaten Tulungagung merencanakan Desa Gondosuli menjadi kawasan minapolitan
sehingga berbagai kebijakan pembangunan daerah dapat lebih difokuskan untuk
mendukung terlaksananya model pembangunan berbasis pengembangan kawasan.
Drs.
Hendry Setyawan, M.Si., Kepala DKP Kabupaten Tulungagung, menuturkan bahwa
dengan model pengembangan kawasan yang didasarkan pada sentra produksi,
masyarakat akan mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi, seperti terpenuhinya
skala ekonomi yang dapat mengurangi biaya produksi dan peluang sinergi bisnis
melalui peningkatan kerja sama usaha.
Selain DKP Kabupaten Tulungagung, Dinas
Perikanan dan Kelautan (DPK) Provinsi Jawa Timur juga memberikan perhatian
besar terhadap kegiatan budidaya lele di Desa Gondosuli. Kepala DPK Provinsi
Jawa Timur, Ir. Kardani, M.M., dalam kunjungan kerjanya di Desa Gondosuli
(23/4) menjanjikan pelatihan pakan alternative dan bantuan mesin pembuat pakan
ikan untuk mengatasi kendala biaya pakan pabrikan . Hal ini dikarenakan biaya
pakan pabrikan dalam budidaya lele mencapai lebih dari 70% dari biaya produksi.