<> SELAMAT DATANG DI KAMPOENG "MINAPOLITAN" GONDOSULI <> Contact Email : kampoenglele@gmail.com <>

Selasa, 24 April 2012

KUNKER KEPALA DPK PROVINSI JATIM KE MINAPOLITAN IKAN LELE

Kanan : Parsam, Drs. Hendry Setyawan, M.Si, Ir. Kardani, MM
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Ir. Kardani, M.M., didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung, Drs. Hendry Setyawan, M.Si,  berdialog dengan Parsam, pembudidaya lele, dalam kunjungan kerjanya ke Desa Gondosuli (23/4)
Sekitar tahun 1994 silam, Parsam mencoba budidaya lele dalam kolam kecil di belakang rumahnya. Tanpa diduga sebelumnya, usaha sampingan tersebut ternyata dapat berkembang dengan pesat. Pada saat ini, sekitar 18 tahun setelah budidaya lele pertamanya, Parsam sudah mengelola 160 unit kolam lele di lahan seluas 0,62 ha.
Kisah Parsam tersebut merupakan salah satu contoh keberhasilan pembudidaya lele di Desa Gondosuli, salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Desa yang semula dikenal sebagai salah satu produsen tembakau ini telah berubah menjadi desa perikanan, khususnya sentra budidaya lele.
Kolam-kolam lele tersebar di lahan seluas 11,03 ha yang diusahakan oleh 92 rumah tangga perikanan budidaya. Dengan jumlah kolam yang relatif banyak dan kemampuan manajerial produksi yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok pembudidaya ikan, panen lele dapat berlangsung setiap hari. Tidak kurang dari 18 ton per hari, produksi lele dari Desa Gondosuli dipanen untuk memenuhi pasar Tulungagung dan daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kegairahan ekonomi Desa Gondosuli dengan budidaya lelenya tidak hanya ditunjukkan oleh kemampuan produksi budidaya. Sistem kerja sama budidaya yang dikembangkan dengan cara bagi hasil telah membantu banyak masyarakat yang memiliki lahan tetapi tidak memiliki modal uang. Demikian juga kegiatan pengolahan hasil perikanan, saat ini sekitar 20 unit pengolahan ikan mulai berkembang di Desa Gondosuli, para pekerja pengolahan yang sebagian besar adalah kaum wanita memproduksi berbagai olahan ikan berbahan baku lele, baik yang sederhana seperti ikan asap dan rambak kulit ikan maupun produk inovatif seperti fish stick dan abon ikan.
Nina Winardi, salah seorang pengolah abon ikan yang ditemui di rumahnya (17/4) menuturkan bahwa abon ikan lele dari Desa Gonsdosuli telah dipasarkan hingga ke Surabaya, Bali dan Kalimantan serta rintisan ekspor ke Belanda dan Australia. Di pasar lokal, abon ikan dikemas dalam berbagai ukuran sehingga dapat menjangkau banyak kalangan.
Melihat potensi perikanan yang begitu besar, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Tulungagung merencanakan Desa Gondosuli menjadi kawasan minapolitan sehingga berbagai kebijakan pembangunan daerah dapat lebih difokuskan untuk mendukung terlaksananya model pembangunan berbasis pengembangan kawasan.
Drs. Hendry Setyawan, M.Si., Kepala DKP Kabupaten Tulungagung, menuturkan bahwa dengan model pengembangan kawasan yang didasarkan pada sentra produksi, masyarakat akan mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi, seperti terpenuhinya skala ekonomi yang dapat mengurangi biaya produksi dan peluang sinergi bisnis melalui peningkatan kerja sama usaha.
Selain DKP Kabupaten Tulungagung, Dinas Perikanan dan Kelautan (DPK) Provinsi Jawa Timur juga memberikan perhatian besar terhadap kegiatan budidaya lele di Desa Gondosuli. Kepala DPK Provinsi Jawa Timur, Ir. Kardani, M.M., dalam kunjungan kerjanya di Desa Gondosuli (23/4) menjanjikan pelatihan pakan alternative dan bantuan mesin pembuat pakan ikan untuk mengatasi kendala biaya pakan pabrikan . Hal ini dikarenakan biaya pakan pabrikan dalam budidaya lele mencapai lebih dari 70% dari biaya produksi.(admin)