Allahu Akbar … Allahu Akbar … Allahu Akbar …
Laillahailallahu Allahu Akbar. Allahu Akbar Walillahilkhamd.
Takbir dan Tahmid menggema dan suara bedug bertalu – talu menyambut datangnya Idul Fitri, sebuah perayaan dan kemenangan bagi manusia yang kembali Fitri setelah satu bulan lamanya menjalani pendidikan dan pelatihan pengendalian diri. Rasa bahagia, haru, dan teduh menyelimuti diri yang kembali suci ini.
Perayaan Idul Fitri di negeri ini merupakan peristiwa luar biasa, unik, dan bisa jadi merupakan satu – satunya fenomena sosial di planet bumi ini. Dikatakan demikian, karena banyak keunikan yang terjadi dalam persiapan (Pra Idul Fitri), pelaksanaan, maupun bentuk – bentuk kegiatan perayaan Idul Fitri. Satu hal lagi, Idul Fitri (yang orang – orang jawa menyebutnya “ RIYOYO ” / “ BODHO ”), tidak hanya dirayakan oleh kaum muslimin, akan tetapi oleh seluruh bangsa Indonesia. Subhanallah.
Guna menyambut datangnya Idul Fitri, tua – muda, pria – wanita, kakek – nenek, anak – anak, tanpa kecuali semuanya mencurahkan semua perhatian hanya untuk satu hal yaitu Idul Fitri (Riyoyo). Petani menyiapkan panenannya untuk Idul fitri, sampai – sampai pohon pisang di depan / samping / belakang rumah jadwal penebangannya diatur hanya untuk Idul Fitri. Ayam yang dipelihara sejak beberapa bulan sebelumnya dipotong hanya untuk Idul fitri. Pembuat kue dan minuman kebanjiran order hanya untuk Idul Fitri. Pasar tradisional, pasar tumpah, pasar modern, plaza, Mall jadi penuh sesak pengunjung karena Idul Fitri. Warung, depot, restoran, rumah makan pada saat buka puasa jadi penuh karena Idul Fitri. Bukti nyata bahwa Allah bersifat Arrahman dan Arrakhim, karena sebelum Idul Fitri tiba, berkah-Nya telah dirasakan oleh semuanya, tanpa kecuali.
Dari sekian banyak persiapan Idul Fitri, ada satu hal yang unik, menarik, dan sangat luar biasa yaitu tradisi / budaya MUDIK (menuju ke udik / desa). Kegiatan mudik ini telah berlangsung sekian puluh tahun yang lalu dan sampai sekarang bahkan seterusnya pun akan tetap menjadi tradisi / budaya bangsa kita yang berdasarkan Pancasila. Karena hebatnya peristiwa mudik ini, pemerintah memberikan perhatian yang ekstra yaitu berupa pembenahan dan penambahan infrastruktur jalan, angkutan, keamanan, dan lain - lain demi kelancaran kegiatan mudik ini.
Kegiatan mudik menimbulkan mobilitas yang hampir tanpa batas. Yang dari arah barat menuju ke timur, yang dari arah timur menuju ke barat. Yang dari arah selatan menuju ke utara, yang dari arah utara menuju ke selatan. Ada yang menggunakan mobil mewah, mobil tua, bus / kendaraan umum, kereta api, pesawat terbang, dan juga sepeda motor. Ketika keinginan telah bulat, jarak tempuh dan fasilitas sederhana yang ada bukan menjadi halangan. Bahkan resiko – resiko di perjalanan sering tak diperhitungkan hanya agar dapat mudik ke kampung halaman. Dan masih banyak lagi persiapan lain (yang tidak bisa disebut dan dirinci satu per satu) untuk kepentingan mudik Idul Fitri.
Pelaksanaan kegiatan Idul Fitri diawali dengan dikumandangkannya Takbir dan Tahmid di Masjid, Surau, Musholla, dan tanah lapang tempat pelaksanaan sholat Idul Fitri. Setelah sholat Idul Fitri, disampaikan khotbah Idul Fitri, dan diteruskan dengan bersilaturahmi. Tentunya juga banyak yang disertai dengan kegiatan kenduri.
Di negeri tempat datangnya Dinnul Islam (Agama Islam) sendiri, Idul Fitri tidak dirayakan secara meriah seperti di negeri ini. Sementara itu di seluruh pelosok negeri ini, di kota, di desa, di pegunungan, bahkan di daerah yang sangat jauh sekali pun, orang merayakan Idul Fitri. Mereka menyambung tali silaturahmi dengan beranjang sana satu sama lain. Yang muda (usia atau status kekerabatannya) memiliki kewajiban untuk mengunjungi (sowan) ke yang lebih tua, para santri sowan ke Kyai, staf berkunjung ke rumah pimpinan, dan seterusnya. Indah luar biasa.
Berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan Idul Fitri bermacam – macam. Ada halal bihalal, reuni keluarga, temu kangen angkatan, dan lain – lain. Tidak ketinggalan pula instansi pemerintah, lembaga swasta, organisasi alumni, yayasan, lembaga arisan, lembaga sosial, dan lain - lain juga ikut merayakan Idul Fitri ini. Inilah khasanah (kekayaan) tradisi dan budaya yang sangat Indonesia.
Kegiatan Idul Fitri yang diselenggarakan di Indonesia memiliki beberapa nilai / makna, yaitu :
1. Kembali ke Fitrah
Ibadah suci Ramadhan sebagai jembatan menuju pintu gerbang Idul Fitri mengandung makna untuk menjaga agar jasmani dan rokhani kita tetap seimbang dan utuh bahkan meningkat daripada biasanya dan minimal kembali ke fitrah semula sebagai manusia (hamba Allah) yang wajib berbakti kepada-Nya. Dalam konteks ini Allah berfirman, “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu …” (Ar Ruum, 30). Rangkaian ibadah puasa Ramadhan yang telah dilaksanakan selama satu bulan diikuti dengan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh orang muslim, yaitu zakat fitrah (zakat untuk membuat diri menjadi suci). Dalam prosesi perayaan Idul Fitri semuanya saling memaafkan, berjabat tangan, hati berkomunikasi, tiada iri dan dengki untuk menuju ke Fitrah.
2. Pengembangan Toleransi Indonesia
Dalam perayaan Idul Fitri terdapat nilai toleransi. Idul Fitri bagi bangsa Indonesia menjadi milik semua. Siapa pun kita boleh menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri dan saling memohon maaf. Bahkan tidak jarang disertai dengan anjang sana dan saling memberi. Sementara itu, yang tua menerima permohonan maaf dari yang lebih muda dan demikian pula sebaliknya. Kedua belah pihak saling mengakui atas kekurangan dan kekhilafan masing – masing. Semuanya dilakukan demi keutuhan keluarga, kerabat, masyarakat, dan bangsa ini. Bukankah Allah telah berfirman yang artinya, “ Berpegang teguhlah kalian semua kepada Allah, dan jangan bercerai – berai. ” (Ali Imron, 103)
3. Pengembangan Budaya Kasih Sayang
Kegiatan Idul Fitri mendatangkan rasa dan benih Mahabbah / kasih sayang antar sesama. Dengan zakat dan shodaqoh yang kita bayarkan menjelang datangnya Idul Fitri, kita bisa menyayangi sesama khususnya kaum dhuafa, fakir miskin, dan anak yatim. Demikian pula dengan silaturahmi / anjang sana dan saling memaafkan satu sama lain serta saling memberi satu sama lain akan tercipta kehidupan indah yang didasari dengan rasa mahabbah. Sebagai contoh kita bisa belajar dari koloni semut, yang ketika berpapasan dengan sesamanya mereka selalu berhenti sejenak saling tegur sapa. Itu menandakan bahwa sesama semut pun terjalin tali silaturahmi yang kuat antar mereka. Masya Allah.
Selain itu, Allah senantiasa menyukai orang – orang yang berbuat baik. Surat Al Baqoroh ayat 195 menerangkan bahwa, “ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan diri sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang - orang yang berbuat baik.”
4. Ikhlas / Ridho
Berbagai hal yang berkaitan dengan persiapan, pelaksanaan, dan bentuk kegiatan Idul Fitri memerlukan satu syarat yaitu IKHLAS / RIDHO. Orang yang berpuasa dengan segala bentuk amal ibadahnya harus ikhlas. Orang membayar zakat dan shodaqoh harus didasari dengan keikhlasan. Orang bersilaturahmi untuk saling bermaaf – maafan juga harus ikhlas. Tanpa keikhlasan, yang kita lakukan akan sia – sia belaka. Berkaitan dengan ikhlas / ridho ini, Buya Hamka memberikan tausiah sebagai berikut, “ Ridho Allah adalah puncak segala nikmat. Karena itu, orang yang ridho kepada Allah akan siap mengorbankan harta bendanya untuk berbuat kebajikan kepada sesama manusia. Berkorban di jalan Allah demi kebenaran, tidak merasa terbebani dan tidak pernah bosan melaksanakan perintah-Nya. Juga dia menyelaraskan hubungan dengan Allah serta hubungan dengan sesama manusia. ” (Hamka dalam Sulaiman Al-Kumayi, Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym, Pustaka Nuun, 2004:240).
Sebenarnya masih banyak nilai – nilai positif yang dapat kita petik dari kegiatan Idul Fitri di negeri ini. Luar biasa indah dan penuh makna. Semoga di hari yang fitri ini kita lebih saling menyayangi, saling memberi pertolongan, saling menghormati, dan dengan penuh ikhlas tentu kita saling memaafkan. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1433 H. / 2012 M.
Minal Aidzin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. (Why/Admin)